peluang usaha

Selasa, 19 Agustus 2014

Sejarah desa grantung bayan purworejo


Grantung, Bayan, Purworejo


Grantung
—  Desa  —
Negara  Indonesia
Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Purworejo
Kecamatan Bayan
Kodepos 54224
Luas -
Jumlah penduduk -
Kepadatan -

Nama desa di kecamatan bayan purworejo jawa tengah indonesia

Kecamatan Bayan Daftar nama Desa/ Kelurahan di Kecamatan Bayan di Kota / Kabupaten Purworejo , Provinsi Jawa Tengah ( Jateng ) :
- Kelurahan/ Desa Bandungrejo ( Kodepos : 54222 )
- Kelurahan/ Desa Besole ( Kodepos : 54223 )
- Kelurahan/ Desa Bandung Kidul ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Banjarejo ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Bayan ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Boto Daleman ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Botorejo ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Bringin ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Dewi ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Dukuhrejo ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Grantung ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Jatingarang ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Jono ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Jrakah ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Kalimiru ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Ketiwijayan ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Krandegan ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Pekutan ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Pogung Juru Tengah ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Pogungkalangan ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Pogungrejo ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Pucang Agung ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Sambeng ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Sucenjuru Tengah ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Tangkisan ( Kodepos : 54224 )
- Kelurahan/ Desa Tanjungrejo ( Kodepos : 54224 ) 

Grantung adalah desa di kecamatan Bayan, Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia.
Grantung lebih dikenal dengan sebutan Grantung Tahu, karena mayoritas penduduknya bekerja sebagai pembuat tahu.

TAHU GRANTUNG
Tahu merupakan makanan yang sangat familiar untuk dikonsumsi oleh masyarakat khususnya sebagai lauk pauk. Makanan ini berasal dari kedelai yang menurut pakar gizi mengandung banyak zat yang bermanfaat bagi tubuh. Di samping terkenal kandungan gizinya untuk saat ini banyak modifikasi penyajian makanan yang berbahan dasar tahu seperti: ada bakso tahu, bakwan tahu, tahu isi, tahu telur, pepes tahu dan sebagainya. Dengan demikian tahu sekarang bukan lagi termasuk jenis makanan yang diolah sekedarnya. Bahkan kita sangat mengenal tahu Sumedang yang mampu membawa nama harum wisata kuliner Kota Sumedang, juga ada tahu Bakso Ungaran yang juga membawa Kota Ungaran menjadi dikenal masyarakat luas. Hal ini sebagai bukti bahwa sebuah kota bisa menjadi terkenal karena makanan yang dimilikinya.

Tahu Grantung merupakan salah satu produk makanan Kabupaten Purworejo yang sudah sejak dulu dikonsumsi oleh masyarakat Kabupaten Purworejo dan Kabupaten sekitarnya. Disebut Tahu Grantung karena tahu ini di produksi oleh masyarakat Desa Grantung yang letaknya di pinggir jalan raya jalur Kutoarjo Purworejo atau di jalur Selatan Pulau Jawa. Kalau di lihat dari lokasinya Desa ini sangat strategis dan memiliki peluang untuk mudah dikenal masyarakat.

Saat ini potensi tahu grantung belum mampu berkembang dengan optimal apalagi beberapa waktu yang lalu sempat agak lesu yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga bahan baku yaitu kedelai dan juga langkanya bahan bakar minyak tanah. Namun dalam kondisi seperti itu masih banyak Usaha Kecil Menengah (UKM) produk tahu grantung yang tetap eksis karena memang mereka sudah sangat berpengalaman dan sudah memiliki jaringan pemasaran yang cukup luas.

Sekarang bagaimanakah agar potensi tahu grantung ini dapat terkenal seperti Tahu Sumedang ataupun Tahu Baso Ungaran? Ini merupakan pekerjaan rumah baik bagi para pengusaha tahu grantung itu sendiri, masyarakat, dan juga peran Pemerintah Kabupaten Purworejo untuk terus bersama-sama mengembangkan dan juga mengenalkan produk ini kepada masyarakat secara luas. Untuk menjadikan suatu produk lebih terkenal bukan suatu pekerjaan mudah namun bisa dikerjakan antara lain dengan inovasi produk tahu dan juga pembinaan kepada UKM berupa pelatihan teknis maupun pelatihan tentang perilaku dari para UKM (SDM) serta promosi baik secara offline maupun online.

Kedelai Gonjang Ganjing, Pengrajin Tahu Di Purworejo Tetap Exis


Kelangkaan kedelai yang terjadi akhir-akhir ini ternyata tidak begitu berpengaruh terhadap para pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Puworejo. Para pengrajin tahu dan tempe tetap memproduksi seperti hari-hari biasa tanpa kesulitan memperoleh bahan baku.
Bahkan mendekati Hari Raya Ifdul Fitri ini permintann pasar justru semakin meningkat. Salah satu pengrajin tahu yang tetap eksis adalah Amat Fajar (40), warga Desa Grantung RT 01 RW 02, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Amat Fajar yang memulai usaha pembuatan tahu sejak 1990 ini mengaku tidak terganggu dengan adanya kelangkaan kedelai di berbagai daerah. “Buktinya sampai sekarang saya masih tetap memproduksi dan tidak ada masalah dengan kedelai,” katanya.
Menurut Amat, rata-rata per hari usahanya mampu menghabiskan satu kwintal lebih kedelai. Bahan baku tersebut dia peroleh dari toko-toko yang menjual kedelai di wilayah Purworejo. Sedang jenis tahu yang diproduksi adalah tahu sayur dan tahu pong. Untuk pemasaran, kata Amat Fajar, dirinya memasarkan sendiri di Pasar pagi Suronegaran dengan dibantu istrinya.
Disamping itu banyak juga para penjual asongan yang mengambil langsung di rumahnya. Penjual asongan ini biasanya hanya mengambil tahu pong saja kemudian dijual di stasiun dan terminal. Menurut Amat, menyikapi kenaikan harga kedelai yang terus merangkak naik. Dirinya punya solusi sederhana tapi tepat sasaran.
Caranya, Amat dan istrinya meminta pendapat kepada para pelangganya terkait kenaikan harga kedelai. Artinya para pelenggan maunya bagaimana, ingin harga tetap tapi ukuran dikurangi atau harga naik tapi ukuran seperi biasanya. Nah dari hasil survei inilah kemudian disepakati harga naik tapi ukuran seperti biasa. Amat mengatakan, dalam urusan harga dirinya memang sering meminta pendapat pelangganya sehingga pada saat ada perubahan pembelinya tidak pindah ke penjual lainya.
Dikatakan, dalam menentukan harga dirinya tidak semata-mata mencari untung besar melainkan lebih pada kesinambungnnya. “ Sebagai contoh, tahu yang harganya Rp 1500 hanya menjadi Rp 1700,” ucap Amat Meski demikian Amat mengaku dari usaha perusahaan yang ditekuninya tersebut per hari bisa mendapat laba Rp 300 ribu. Saat ini perusahaan tahu milik Amat Fajar memperkerjakan sembilan orang. Dua orang tukang goreng, enam orang bagian gelintir dan satu orang bagian cetak tahu.

Naiknya sejumlah komponen produksi dalam proses pembuatan tahu menyebabkan keuntungan perajin di Kabupaten Purworejosemakin mengecil. Bahkan, jika ada kenaikan harga salah satu komponen,mereka mengaku akan mengalami kerugian.

Sekam dan kayu bakar yang menjadi komponen utama ndustri itu naiksejak beberapa bulan terakhir. Sementara kedelai, kendati turun, namunharga sangat fluktuatif. Kamibingung, harga kedelai berubah-ubah,sementara kayu bakar dan sekam tidak pernah turun,” tutur Jumiatun(51) perajin tahu di RT 02 RW 02 Desa Grantung Kecamatan Bayan, kepada
KRjogja.com, Selasa (26/2).
Perajin membeli sekam seharga Rp 5.000 perkarung, naik dari Rp 4.500 pada tiga bulan lalu. Harga kayu bakar naik dari Rp 400.000 pertruk menjadi Rp 600.000. Sementara harga kedelai pada kisaran Rp 7.000 untuk jenis lokal dan Rp 7.400 – Rp 7.600 biji impor asal Amerika Serikat.
Meski secara angka kenaikan harga tidak sampai dua kali lipat, namun sudah berdampak pada perajin. Pascakenaikan, mereka hanya bisa mengantongi keuntungan bersih maksimal Rp 1.000 untuk setiap kilogram tahu yang dihasilkan. Jumiatun memproduksi kurang lebih 75 kilogram tahu perhari.
Padahal sebelumnya, perajin bisa memperoleh keuntungan kurang lebih Rp 2.000 – Rp 3.000 perkilogram tahu. “Itu dengan catatan harga kedelai di bawah Rp 7.500 perkilogram, kalau naik sampai Rp 8.000, kami tidak lagi ‘gigit jari’ karena keuntungan menurun, namun dipastikan akan rugi,” terangnya.

PERAJIN TAHU MENCOBA BERTAHAN

Mengandalkan Untung Ampas Tahu

Produsen tahu di Desa Grantung berproduksi.
PURWOREJO(KRjogja.com)- Produsen tahu di sentra usaha kecil dan menengah (UKM) Desa Grantung Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo hanya mendapat keuntungan dari menjual ampas. Mereka tidak lagi mendapat keuntungan dari menjual tahu akibat mahalnya kedelai yang mencapai Rp 9.600 perkilogram.
 
Pembuat tahu menjual ampas kedelai Rp 2.500 perember kepada peternak setempat. "Jumlah ampas yang dihasilkan sesuai kapasitas produksi, kalau saya setiap hari sepuluh ember. Rata-rata dapat Rp 25.000 perhari. Dari ampas itulah kami mencoba bertahan," ungkap Salimah (60) pembuat tahu di Desa Grantung kepada KRjogja.com, Jumat (13/09/2013).
 
Menurutnya, ampas menjadi satu-satunya andalan karena usaha tahu sudah tidak menguntungkan. Produsen melakukan efisiensi
dengan merumahkan buruh harian dan mengerjakan sendiri proses produksi. Namun usaha itu belum cukup menutup kerugian akibat lonjakan harga kedelai.
 
Produsen lain Amat Kumaedi (65) menambahkan, untuk antisipasi kerugian, harga tahu ukuran kecil dinaikkan dari Rp 150 menjadi Rp 175 dan ukuran besar Rp 200 menjadi Rp 225 perpotong. Padahal idealnya harga perpotong harus naik Rp 100 untuk menutup biaya produksi.(Jas)

Tokoh masyarakat penting di desa Grantung pada jaman dulu:
1. Eyang Yuda Tali Grantung, beliau adalah perintis (pendiri) desa Grantung. Konon beliau masih keturunan dari Raden Husen (adik dari Raden Fatah, Sultan Demak).
2. Eyang Singo Roban, beliau seorang ahli dalam bidang kenuragaan (olah jasmani rohani).
3. Eyang Qures, beliau adalah pemuka agama Islam.

SEJARAH BERDIRINYA MASJID BADARUDDIN GRANTUNG

Pada tahun 1823, masyarakat Grantung menemukan seperangkat bangunan (di daerah Grantung bagian timur, perbatasan desa Grantung dengan desa Kalimiru. Masyarakat setempat tidak mengetahui dari mana asal dan siapa pembuat kerangka bangunan tersebut. Prakarsa sesepuh (ISLAM) memindahkan bangunan itu ke pemukiman dan dibangun masjid, lokasinya di dekat sumur Wadas. kemudian datang seseorang dari Nganjuk jawa timur bernama Muhammad Badaruddin. Beliau seorang muslim yang ilmu agamanya melebihi orang kebanyakan, fatwa-fatwa nyatanya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Oleh karenanya beliau dijadikan panutan atau sesepuh agama (ULAMA). Beliaulah yang meletakkan dasar - dasar pengembangan Islam di Desa Grantung yang kemudian dianut oleh generasi-generasi penggantinya.Masjid Grantung yang pada waktu itu berada di sekitar sumur Wadas dipindahkan lebih ke tengah (di pemukiman), yaitu sebelah selatannya pekarangan Bapak Dipo Santiko. Oleh karena asal usul masjid berupa bangunan temuan yang tidak diketahui asal dan pembuatnya, maka disebut "Masjid Tiban'. Dan daerah di sekitarnya di sebut "Kauman". Tapi pada masa keimanan Bapak Kyai Muh Zaini masjid dipugar dan lokasinya dipindah, karena masjid terlalu berada di pinggir desa (Grantung bagian timur), dan karena masjid masih menempati tanah orang. Kemudian masjid dibangun lagi yang berlokasi lebih ketengah pemukiman (bergeser lebih kebarat dan berhadapan jalan dengan Kantor Desa Grantung) dan menempati tanah wakaf. Masjid baru ini mulai dipakai tahun 1978 dan masjid lama dipugar. slah satu kayu peninggalan masjid "Tiban" dipakai sebagai pelengkung pada mimbar. Untuk mengenang cikal bakal pengembang Islam di Grantung, maka nama Muh Badaruddin dijadikan sebagai nama masjid baru ini, yaitu "MASJID BADARUDDIN"
 








kesenian kuda lumping di desa grantung:







video


video


video

Tidak ada komentar:

 

© 2009 Aku Cinta Indonesia. Powered by Blogger
Design by eJoee BlogsTricks