peluang usaha

Minggu, 11 April 2010

Asli atau Palsu, Markus Tetap Bikin Susah

Asli atau Palsu, Markus Tetap Bikin Susah
M Budi Santosa
Jum'at, 9 April 2010 - 15:29 wib

Dalam hitungan hari, bola panas Susno Duadji soal makelar kasus (markus) pajak menggelinding begitu liarnya. Tidak hanya nama Gayus Tambunan yang jadi buah bibir. Tapi, ulah Gayus, telah memakan banyak korban.

Dari institusi kepolisian, Kapolda Lampung dan sejumlah perwira lainnya dicopot. Mereka terbukti mencicipi duit haram dari Gayus. Di Ditjen Pajak, atasan langsung Gayus dan 9 teman sejawatnya juga dinonaktifkan. Di Kejaksaan Agung, dua jaksa senior dicopot dari jabatan strukturalnya.

Bola panas ini tidak berhenti di situ. Susno sudah menyampaikan sejumlah nama lain ke Komisi III DPR. Tokoh baru berinisial SJ dan MP, kini menjadi sorotan. Sementara Gayus, terakhir menyebutkan tidak kurang 40 nama yang kecipratan nikmatnya uang hasil menilep pajak.

Belum usai kasus Gayus, kini makelar kasus melebar. Tapi, kasus ini cukup unik dan melibatkan sebuah stasiun televisi swasta. Makelar kasus gadungan alias palsu, menghentak dan menjadi senjata pihak kepolisian untuk melakukan "serangan balik" ke arah media.

Semuanya masih samar. Polisi yang benar ataukah pihak stasiun televisi swasta itu yang benar. Akan tetapi, keberadaan markus palsu ini jelas-jelas membikin bergidik dunia jurnalistik Tanah Air. Satu sisi etika jurnalistik dipertaruhkan, sisi lainnya adalah kemungkinan adanya "serangan balik" dari pihak tertentu untuk memojokkan para pewarta.

Di sini peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers sangat penting. Dua lembaga ini didorong untuk bisa mengkonfrontasikan kesahihan dalil dari dua belah pihak. Disitulah akan terbuka, siapa yang "membohongi publik."

Kekhawatiran adanya "serangan balik" dari institusi semacam Polri dirasakan benar oleh para pewarta. Pasalnya institusi penegak hukum ini seperti dibombardir dari segara penjuru, sehingga tidak mengherankan jika ada yang gerah di internal mereka. Akan tetapi, jika para petinggi institusi penegak hukum itu legowo, maka segala pemberitaan media massa, tidak lain ditujukan untuk perbaikan dan reformasi di institusi yang dimaksud. Janganlah kemudian menyederhanakan setiap pemberitaan media massa sebagai bentuk "tidak suka" atau "kebencian" terhadap institusi tertentu. Media adalah Watch Dog, yang akan menggonggong untuk mengoreksi segala kesalahan yang ditemukan.

Kini, markus asli dan markus palsu bikin heboh. Dan ternyata, dua-duanya bikin rakyat susah. Markus asli bikin duit negara tekor, markus palsu bikin publik dipaksa menerima informasi yang tidak akurat. Duh markus!

Tidak ada komentar:

 

© 2009 Aku Cinta Indonesia. Powered by Blogger
Design by eJoee BlogsTricks